Resensi Buku Sayap Sayap Patah - Kahlil Gibran: Ketika Cinta Tidak Akan Bersatu

 


Sumber Foto: Google.com ; Gramedia.com



IDENTITAS BUKU


Judul: Sayap-Sayap Patah

Penulis: Kahlil Gibran

Penerbit: Bentang Pusaka

Penyunting: Dila Maretihaqsari, Adham T. Fusuma

Penerjemah: Sapardi Djoko Damono

Tahun Terbit Buku Asli: 2005

Tahun Terbit Buku Terjemahan: 2021

Cetakan Ke – 3 (Februari 2021)

Tebal Buku: 144 Halaman

Ukuran Buku: 18 cm

Pemeriksa Aksara: Nurani

Harga: 49.000 (P. Jawa)

ISBN: 978 602 291 787 8


ORIENTASI



    Buku novel “Sayap–Sayap Patah” ini merupakan buku yang banyak dikenal orang. Buku Ini merupakan ciptaan dari Kahlil Girban. Buku ini adalah buku versi terjemahannya, versi asli dari buku ini berjudul “Broken Wings”. Buku ini sudah berhasil memenangi The London Book Fair Winner International Excellence Awards pada tahun 2019. Buku ini menceritakan tentang seorang gadis yang dicintai oleh seorang pria. Seorang gadis tersebut sudah ditinggal oleh ibunda nya sejak tiga tahun dan sering merasa kesepian. Lalu datang seorang pria yang dipercayai oleh ayahnya.

 


SINOPSIS


    Cerita ini bermula saat Gibran dan Farris Effendi Karamy bertemu dan berkenalan. Farris Effendi merupakan teman dari ayah Gibran saat mereka masih kecil. Farris Effendi memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik, bernama Selma Karamy. Setelah mereka berdua berkenalan, hati mereka berdua pun mulai tertarik terhadap satu sama lain. 

Sayangnya, takdir berkata lain. Selma pun dilamar oleh seorang keponakan imam di Lebanon. Walaupun mereka tahu bahwa cinta mereka tidak akan bisa bersatu, Gibran masih selalu menunggu selma.


    Suami dari selma yaitu Mansyur Bey Galib yang merupakan keponakan dari imam di Lebanon itu hanya mengingini Selma karena warisan dari ayahnya dan selalu menginginkan ayahnya untuk mati agar dia dapat memiliki warisannya. Akhirnya setelah merka menikah, Mansyur Bey Galib tidak pernah memperhatikan Selma. Setiap hari ia hanya pergi keluar dengan wanita-wanita yang lain.

 

    Setelah kematian ayahnya, Selma sering pergi secara diam-diam untuk bertemu dengan Gibran. Mereka sering pergi kesebuah tempat yang memiliki sebuah kuil. Namun suatu hari tiba, mereka pun bertemu untuk terakhir kalinya pada kuil tersebut dan tidak pernah bertemu lagi. Selma dan Mansyur sudah menikah sejak lama, namun belum juga mempunyai anak. Akhrinya setelah lima tahun, mereka dikaruniai oleh seorang bayi laki-laki. Sembilan bulan pun berlalu, Selma akhirnya melahirkan anaknya. Sayangnya, kemalangan terus terjadi. Selang beberapa jam setelah kelahirannya, bayi yang baru lahir itu pun gemetar kemudian menyerahkan nyawanya. Selma pun merasa sedih dan depresi mengingat itu adalah anak satu satunya. Ia pun berteriak dan menangis. Setelah beberapa menit anaknya meninggal, Selma pun ikut menyusui anaknya pulang ke surga.

 

    Kematian Selma meninggalkan luka yang dalam terkhususnya bagi Gibran. Mereka ditempatkan di peti yang sama dan dikuburkan ditempat yang sama. Buku ini mengandung isi yang sangat menyedihkan dan dapat meningkatkan emosi sang pembaca.



ANALISIS DAN EVALUASI

 


    Buku ini memiliki banyak sekali kelebihannya. Alur cerita dari buku ini sangat menarik kepenasaran pembaca terhadapt buku ini karena alurnya yang bisa dibilang mirip dengan kejadian kisah cinta yang biasa dialami. Dalam buku ini kita juga diajak untuk berimajinasi dan menempatkan diri kita kedalam cerita tersebut berkat bahasa bahasa yang mendeskripsikan latar, bentuk, sifat, bahkan seseorang. Cover dari buku ini juga sangat cocok dengan isi cerita yang beremakan seperti kejaraan dengan istana yang besar. Pemilihan warna, font, dan gambar yang baik membuat calon pembaca buku ini tertarik untuk membacanya. Pesan yang terdapat dalam buku ini juga sangat bagus yaitu untuk selalu berusaha dan jangan pernah menyerah dalam keadaan seperti sosok Gibran yang slealu berada di samping Selma walaupun Selma sudah dinikahi oleh seorang keponakan dari imam di Lebanon. Namun dibalik semua kelebihan pasti ada kekurangannya. Mengingat buku ini adalah novel puitis, maka hampir setengah isi dari buku ini pastinya terdiri atas puisi. Bagi orang yang kurang menyukai puisi maka buku ini kurang cocok. Selanjutnya pada akhiran dari cerita ini, sudut pandang utama dari buku ini yang selalu berpindah pinda dari Gibran ke Selma dan sebaliknya membuat pembaca bingung terhadap isi dari bagian akhir buku ini. Akhiran dari buku ini juga sangat sayang sekali dibuat menggantung. Kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya kepada Gibran setelah Selma meninggal membuat penasaran dari pembaca masih bergejolak.



REKOMENDASI



    Buku “Sayap–Sayap Patah” ini sangat cocok bagi para pembaca yang menyukai novel puitis. Buku ini juga cocok dibaca untuk para remaja yang kurang semangat dalam melakukan suatu hal dan memerlukan motivasi agar tetap semangat dan pantang menyerah.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama